Jumat, 30 November 2007

My Premna

Awal perkenalan saya dengan dunia seni bonsai saya mempunyai pengalaman yang berharga dengan bahan bonsai wahong yang saya miliki. Pengalaman itulah yang menjadikan saya semakin mencintai bonsai. Koleksi bahan bonsai yang dulu hanya beberapa buah, sekarang sudah mencapai puluhan bahan bonsai. Walaupun belum ada koleksi bonsai yang sudah jadi namun koleksi bahan bonsai nampaknya akan terus bertambah.

Bagi saya yang tidak mampu membeli bonsai jadi, memasuki dunia seni bonsai berarti memasuki dunia yang menuntut kita selalu belajar, belajar dan terus belajar. Bahan bonsai bisa menjadi indah atau tidak tinggal bagaimana kita memperindah, merawat dan memperlakukannya. “Sejelek” apapun bahan bonsai yang kita miliki harus kita gali keindahannya. Berikut pengalaman saya

Wahong gaya semi cascade adalah bahan bonsai jenis wahong pertama yang saya punyai. Bahan bonsai ini saya beli dari Pak Gatot (seorang pendangkel yang cukup terkenal di Ponorogo). Bahan tersebut diperoleh sekitar bulan September 2005 di hutan Sampung Ponorogo. Awalnya saya tidak menyukai bahan ini. Daunnya gak bisa kecil dan bentuknya “ruwet”. Sebagai seorang yang masih awam dalam dunia bonsai, saya bingung dan tidak tahu akan jadi seperti apa bahan tersebut. Walaupun Pak Gatot yang sudah berpengalaman mengatakan bahwa bahan wahong saya itu adalah bahan yang bagus namun saya belum menyukainya makanya bahan wahong itu tidak pernah saya pedulikan,. Namun saya tetap menuruti nasehatnya untuk tidak mengutak-atik. Sebagai seorang yang awam saya selalu mengikuti anjuran mereka yang sudah berpengalaman.

Gambar Wahong1 (1 Mei 2006)

Sebulan kemudian, Pak Gatot menyambung tunas baru dengan bahan jenis sancang yang mempunyai karakteristik daun kecil. Setelah disambung, pertumbuhan menjadi semakin cepat. Gambar Wahong1 diambil setelah umur sekitar 3 bulan dalam pot. Selama itu pula saya mengamati, saya masih belum tahu juga keistimewaannya. Bahkan saya tambah bingung ketika Pak Sugeng (seorang trainer bonsai dari Tulunggagung) mengatakan hal yang sama dengan Pak Gatot. Bahan itu adalah bahan yang bagus, saya disarankan untuk tetap meliarkan pertumbuhannya dulu.

Gambar Wahong2 (6 Juni 2006)

Kira-kira 5 bulan dalam pot pembesaran, sekitar bulan Mei 2006, Pak Sugeng mengganti pot yang lebih sesuai. Wahong direbahkan sedikit dan pot diganti dengan yang lebih tinggi. Melihat hasilnya saya sempat kaget dan berdecak kagum (Gambar wahong2). Bagaikan seorang yang jatuh cinta pada pandangan pertama. Saya baru sadar bahwa wahong saya itu benar-benar istimewa bagi saya. Walaupun sampai saat ini wahong tersebut masih dalam masa training, masih sebagai bonsai setengah jadi, namun bagi saya sudah begitu indah (Gambar Wahong3).




Mengamati bahan bahan saja saya selalu terbawa saya ke alam imajinasi yang liar. Kebanyakan bonsai dengan gaya setengah menggantung (semi cascade) yang saya temui selalu barbatang tunggal. Gaya semi cascade dengan cabang banyak seperti itu jarang saya temui. Komposisi cabang (batang?) yang bagus, gerak dasar (batang) yang patah-patah, ditunjang dengan akar yang sedikit terangkat memberikan kesan pohon tua yang roboh diterjang bencana alam yang dahsyat.

Bahan ini juga pernah saya konsultasikan kepada Robert Steven melalui forum di KOB. Dari konsultasi tersebut saya dibuatkan gambar simulasi dan hasilnya dapat kita lihat dalam gambar dibawah ini (simulasi-wahong)

Dimana Letak Keindahan dari Bonsai?


Pada saat melihat suatu pameran, saya pernah ditanya seorang teman yang memang masih awam dalam dunia bonsai tentang letak keindahan dari bonsai. “Indahnya bonsai ini dimana sih? “Gini aja kok dihargai mahal banget”. Awalnya saya menjawab asal-asalan. “Gak mudah untuk menjadikan tanaman menjadi bonsai seperti ini. Butuh waktu bertahun-tahun. Makanya harganya mahal”. Nampaknya ia gak puas dengan jawaban saya, kemudian saya memberi alasan lagi bahwa bonsai tersebut mahal karena keindahan dan nilai seninya. Teman saya justru tambah bingung, “Cuma ngrumbul gini aja kok dikatakan indah”. Mendengar jawaban teman saya itu saya hanya tersenyum.

Memang sebagian besar orang awam hanya melihat bonsai dari tampilan keseluruhan. Maka kesan yang diperoleh kebanyakan adalah kesan “ngrumbul” (daunnya lebat), kesan tua, bentuk, style (gaya) atau bahkan yang muncul hanya kesan “kerapian”. Mereka hanya sebatas melihat tanpa mengamati.

Menurut saya bonsai akan menampilkan sisi keindahannya jika ada sentuhan seni. Dan seni itupun akan menjadi lebih indah lagi jika diamati dari kacamata seni itu sendiri. Lebih lanjut saya dapat mengatakan bahwa bonsai akan menjadi indah jika diikuti dengan kaidah-kaidah seni dalam pembentukannya. Keindahan itu akan menjadi suatu kenikmatan jika mampu membawa kita ke alam imajinasi. Dan alam imajinasi tidak akan terbangun kalau kita tidak menjiwai.

Sebagai contoh, menurut saya lukisan abstrak tidak lebih indah dan menarik dari lukisan realis. Saya tidak dapat menikmati lukisan abstrak sekalipun lukisan itu karya pelukis ternama. Bahkan ketika orang lain pun juga mengatakan lukisan itu indah. Pertama saya bingung, mengapa demikian? Setelah saya pikir, ternyata saya tidak memahami kaidah-kaidah dalam seni lukis abstrak. Warna, bentuk garis, ketebalan, coretan dan lain-lain dalam seni lukis abtrak belum mampu membawa saya menemukan keindahannya. Jika saya dapat menikmati lukisan abstrak maka sayapun harus memahami kaidah seni dalam lukisan abstrak tersebut. Pemahaman seni seperti itulah yang menurut saya akan sangat membantu memunculkan sisi keindahan dari suatu karya seni.

Demikian juga dengan pengalaman saya mengenai bonsai. Setelah saya mulai mengkoleksi bakalan-bakalan bonsai serta banyak belajar mengenai teknik-teknik pembentukan serta perawatan, saya menjadi lebih tertarik. Ketertarikan itu menjadi suatu kecintaan manakala saya mulai belajar proses artistiknya. Belajar mengenai karakter pohon, garis, bentuk, komposisi, proporsi, perspektif, keseimbangan dan lain sebagainya.

Bekal itulah yang mampu membawa saya ke alam imajinasi ketika saya mengamati suatu bonsai. Bahkan saya sering berlama-lama menikmati bonsai dari detail-detai yang ditampilkan mulai dari akar, batang, cabang, ranting sampai anak ranting. Kekaguman sering muncul manakala menemukan bonsai yang mampu menampilkan detail-detai secara artistik. Bagaimana gerak mulai batang yang besar terus mengecil pada cabang dan lebih mengecil lagi hingga ranting. Akar dan batang yang menggulir indah bagaikan seorang binaragawan sedang menampilkan otot-ototnya. Diikuti dengan perpaduan komposisi antar ranting yang membentuk kelompok/rumpun yang terintegrasi dalam komposisi yang lebih besar lagi dengan tetap memperhatikan keseimbangan. Hal inilah yang menurut saya sebagian nilai seni yang mampu menjadikan suatu bonsai menjadi indah. Apakah anda juga merasakan demikian?

Template Design | Elque 2007